Marine Toxins

1. Ciguatera Fish Poisoning

Kemungkinan yang paling membahayakan dari bentuk racun pada ikan adalah Ciguatera Fish Poisoning (Ciguatoxic). Ini adalah racun yang bisa berada pada semua ikan, tetapi mencapai konsentrasi yang paling tinggi pada ikan pemakan segala yang merupakan struktur rantai makanan tertinggi. Racun ini tidak mengakibatkan apa-apa pada ikan itu
sendiri, tetapi dapat menyebabkan sakit luar biasa atau bahkan kematian pada manusia atau hewan lainnya. Racun ini diproduksi oleh dinoflasgelata berukuran kecil yang dinamakan Gambierdiscus toxicus yang hidupnya berkoloni pada permukaan batu, dermaga, bangkai kapal ataupun pada alga (blades of algae). Organisme ini tertelan bersama-sama dengan alga berfilamen oleh ikan herbivor yang kemudian ikan herbivor ini dimangsa oleh ikan predator. Racun ini terakumulasi pada daging ikan terutama pada hatinya dan organ-organ reproduksinya. Jadi disarankan untuk tidak mengkonsumsi ikan-ikan karang yang berukuran sangat besar yang melebihi ukuran yang umum ditangkap nelayan setempat.

Penderita keracunan Ciguatera akan mengalami gejala sakit kepala, muntah-muntah dan gejala kelainan syaraf seperti rasa gatal hebat serta gemetar di jari tangan maupun kaki juga ketidakmampuan membedakan panas dan dingin. Keracunan Ciguatera tidak bisa diobati, gejala akan hilang dalam hitungan hari, minggu, bulan, bahkan bisa tahun, tergantung ketahanan (sistem imunitas) tubuh penderita terhadap penetrasi dan efek racun. Beberapa contoh ikan yang mengandung Ciguatoxic:

  1. Amber Jacks
  2. Black Grouper
  3. Blackfin Snapper
  4. Cubera Snapper
  5. Dog Snapper
  6. Great Barracuda
  7. Hogfish
  8. Horse Eye Eacks
  9. King Mackerel
  10. Yellowfin Grouper

2. Tetrodotoxin

Tetrodotoksin, juga dikenal dengan nama “tetrodox” dan umumnya disingkat menjadi TTX, adalah sejenis neurotoksin yang dikenal tidak memiliki penawar racunnya. Zat ini biasanya terdapat di dalam ikan buntal “puffer” (Fugu sp.). Lebih dari 100 spesies puffer fish (famili Tetraodontidae) menyebar dari perairan sedang hingga tropis, tetapi hanya sekitar 10 spesies yang dikonsumsi, khususnya di Jepang. Jenis ikan buntal beracun yang terdapat di Indonesia, antara lain: Buntal Duren (Diodon hytrix), Buntal Landak (Diodon holacanthus), Buntal Kotak (Rhynchostrcion nasus), Buntal Tanduk (Tetronomus gibbosus), Buntal Kelapa (Arothron reticularis), Buntal Pasir (Arthron immaculatus), Buntal Tutul (A. aerostaticus) dan Buntal Pisang (Gastrophysus lunaris).

Semua jenis ikan buntal tersebut beracun, akan tetapi tingkat toksisitas diantara spesies tersebut berbeda. Ikan buntal biasanya hidup di daerah terumbu karang. Daging segar dan beberapa bagian dari tubuh ikan buntal mungkin aman dimakan dalam keadaan mentah atau dimasak. Tetapi bagian lainnya seperti kandung telur (ovari) (tertinggi, sebagai alat perlindungan diri dari pemangsa) dan hati sangat beracun, juga mata, kulit, saluran pencernaan dan jeroan lainnya.

Gejala keracunan, diawali rasa mual, muntah, mati rasa dalam rongga mulut, selanjutnya muncul gangguan fungsi saraf yang ditandai dengan rasa gatal di bibir, kaki, tangan. Gejala selanjutnya, terjadi kelumpuhan dan kematian akibat sulit bernapas dan serangan jantung. Gejala tersebut timbul selama 10 menit hingga 3 jam setelah mengkonsumsinya. Dosis 1-2 gram tetrodoksin murni bisa mematikan dan diperkirakan efeknya melebihi sianida. Racun ini sangat mematikan dan akan bereaksi pada korbannya hanya dalam waktu kurang dari setengah jam.

Oleh karena itu apabila anda mengalami gangguan diatas setelah mengkonsumsi ikan fugu ini ada baiknya anda segera ke rumah sakit untuk “dipompa” perut anda untuk mencegah racun masuk lebih dalam ke dalam tubuh melalui pencernaan, ini harus dilakukan sebelum 30 menit setelah makanan masuk ke dalam tubuh. Setelah itu pun , tetap waspada karena terkadang racun dapat bereaksi dalam 6 jam pertama setelah daging itu dipompa keluar.

3. Paralytic Shellfish Poison

Senyawa toksik utama dari ”paralytic shellfish poison” adalah saxitoxin yang bersifat neurotoxin. Keracunan toksin ini dikenal dengan istilah ”Paralytic Shellfish Poisoning” (PSP). Keracunan ini disebabkan karena mengkonsumsi kerang-kerangan yang memakan dinoflagelata beracun. Dinoflagelata adalah agen saxitoxin dimana zat terkonsentrasi di dalamnya. Kerang-kerangan menjadi beracun di saat dinoflategelata sedang melimpah karena laut sedang pasang merah atau red tide.

Di Jepang bagian selatan ditemukan spesies kepiting (Zosimus aeneus), hewan ini mengakumulasi dalam jumlah besar saxitoxin. Dan dilaporkan menyebabkan kematian pada manusia yang mengkonsumsinya. Jenis plankton yang memproduksi saxitoxin adalah Alexandrium catenella, A. tamarensis, dan Pyrodinium bahamense.

Keracunan saxitoxin menimbulkan gejala seperti rasa terbakar pada lidah, bibir dan mulut yang selanjutnya merambat ke leher, lengan dan kaki. Kemudian berlanjut menjadi mati rasa sehingga gerakan menjadi sulit. Dalam kasus yang hebat diikuti oleh perasaan melayang-layang, mengeluarkan air liur, pusing dan muntah. Toksin memblokir susunan saraf pusat, menurunkan fungsi pusat pengatur pernapasan dan cardiovasculer di otak, dan kematian biasanya disebabkan karena kerusakan pada sistem pernapasan.

4. Amnesic Shellfish Poison

Komponen utama dari “amnesic shellfish poison” adalah domoic acid. Domoic acid merupakan asam amino neurotosik, dimana keracunannya dikenal dengan istilah ”Amnesic Shellfish Poisoning”. Keracunan ini diakibatkan karena mengkonsumsi remis (mussel). Toksin ini diproduksi oleh alga laut Nitzhia pungens dimana melalui rantai makanan, mengakibatkan remis mengandung racun tersebut.

Domoic acid mengikat reseptor glutamat di otak mengakibatkan rangsangan yang terus-menerus pada sel-sel saraf dan akhirnya terbentuk luka. Korban mengalami sakit kepala, hilang keseimbangan, menurunnya sistem saraf pusat termasuk hilangnya ingatan dan terlihat bingung dan gejala sakit perut seperti umumnya keracunan makanan. Telah dilaporkan toksin tersebut juga dapat mengakibatkan kematian.

5. Neurotoxic Shellfish Poison

Komponen utama dari neurotoxic shellfish poison adalah brevitoxin. Keracunan yang disebabkan oleh toksin brevitoxin disebut ”Neurotoxic Shellfish Poisoning” (NSP). Keracunan ini diakibatkan mengkonsumsi kerang-kerangan dan tiram. Toksin ini diproduksi oleh alga laut Ptychdiscus brevis dimana melalui rantai makanan mengakibatkan kerang dan tiram mengandung racun tersebut.  Gejala keracunannya meliputi rasa gatal pada muka yang menyebar ke bagian tubuh yang lain, rasa panas-dingin yang bergantian, pembesaran pupil dan perasaan mabuk.

6. Diarrhetic Shellfish Poison

Komponen utama diarrhetic shellfish poison adalah okadaic acid. Komponen yang lain adalah pectenotoxin dan yessotoxin. Keracunan yang disebabkan oleh toksin Okadaic acid ini disebut ”Diarrhetic Shellfish Poisoning” (DSP). Keracunan ini diakibatkan mengkonsumsi kepah (mussel) dan remis (scallop). Toksin ini diproduksi oleh alga laut Dinophysis fortii dimana melalui rantai makanan mengakibatkan remis mengandung racun tersebut.

Senyawa dari klas okadaic acid ini mempunyai efek sebagai promotor tumor. Gejala utama keracunan DSP adalah diare yang akut, dimana serangannya lebih cepat dibandingkan dengan keracunan makanan akibat bakteri. Selain itu, mual, muntah, sakit perut, kram dan kedinginan. Hingga saat ini informasi ataupun penelitian yang berkaitan dengan cara penanganan dan atau pengolahan yang mampu untuk mencegah bahaya keracunan toksin tersebut belum banyak diperoleh.

감사합니다 – Terima Kasih!

Leave a comment